ANOMALI CUACA : Produksi Kopi Robusta Bisa Turun 20%-25%

Selasa, 18 Juni 2013, 21:17 WIB

Bambang Supriyanto

130516_kopi robusta-2.jpgBISNIS.COM, JAKARTA — Panen kopi di Jawa & Sumatra bagian selatan (Lampung, Sumsel, Bengkulu) yang seharusnya sudah mulai memasuki panen raya terpaksa mundur dan produksi turun, karena anomali cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia.

Anomali cuaca tersebut mengakibatkan curah hujan melebihi batas normal, terutama  di dataran tinggi. Akibatnya, buah kopi yang siap dipanen banyak mengalami  kemunduran dan kerontokan.

“Produksi kopi Indonesia terutama Robusta diperkirakan turun sekitar 20%- 25 %,” ujar Hutama Sugandhi, Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki), Selasa (18/6).

Sementara itu kebutuhan kopi domestik/lokal dari tahun ke tahun semakin meningkat, disebabkan karena semakin tumbuh dan berkembangnya konsumsi kopi dan Cafe di Indonesia.

Kondisi tersebut di atas mengakibatkan harga kopi dalam negeri menjadi premium jauh di atas melebihi harga ekspor.

Dia menjelaskan dampak itu  dirasakan oleh para eksportir kopi dengan sulitnya memperoleh bahan baku kopi,  sehingga Gaeki  sangat mengkhawatirkan akan kemungkinan beberapa kontrak ekspor yang telah ditanda tangani   tidak bisa dipenuhi.

Bahkan, sambung Hutama, beberapa eksportir utama/ besar disinyalir  telah melakukan pembicaraan dengan para pembeli Internasional untuk meng wash-out kontrak, yaitu pembatalan pengiriman kopi dengan kompensasi kerugian dalam bentuk finansial.

“Di pasar telah terdengar estimasi jumlah wash out dapat mencapai 1 juta hingga 1,5 juta karung, setara 60.000 – 90.000 ton kopi biji,” ungkapnya.

Jika hal itu terjadi, sambungnya, pasokan kopi Robusta Indonesia di pasar Internasional menjadi berkurang. Belum lagi  di Vietnam produsen Robusta No. 1 dunia, yang  diberitakan bahwa harga kopi di dalam negeri juga  mendapat premium terhadap harga ekspor ,karena pasokan kopi masih ketat.

Di Brasil, produsen Robusta No. 2 dunia, seperti biasanya hasil panennya praktis diserap habis oleh pasar domestik sendiri yang juga  dengan harga di atas premium. Kondisi  tersebut  berpotensi memperburuk ketersediaan pasokan kopi Robusta
dunia.

Ke depan, menurutnya,  guna menjaga pangsa pasar kopi Indonesia di pasar ekspor Internasional, dan bahkan mempertahankan penerimaan devisa ekspor atas kopi,  Gaeki mengharapkan pemerintah dapat memperhatikan produksi kopi. “Hal itu bisa dilakukan dengan program intersifikasi dan ekstensifikasi secara berkesinambungan.”

Share :


Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

This entry was posted on 18/06/2013 and is filed under Berita. Written by: . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.