Re : Boycott Civet Coffee

Kopi Luwak RI Dijegal Isu Pelanggaran Satwa, Ini Jawaban Wamendag

Wiji Nurhayat – detikfinance
Jumat, 15/11/2013 14:17 WIB

Jakarta -Produk kopi luwak asal Indonesia kini diterpa isu negatif pelanggaran hak asasi satwa. Sejumlah pihak menyatakan, di Indonesia, musang-musang atau luwak dikurung dan dipaksa memakan biji kopi, untuk menghasilkan kopi luwak.

“Isunya melanggar hak asasi kehewanan. Si Luwak ini katanya dipaksa,” ungkap Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi saat berdiskusi denganmedia di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (15/11/2013)

Tuduhan itu juga menyebutkan, kondisi musang yang dipelihara dalam kandang sangat menyedihkan. Kandangnya amat tandus, kotor, dan tidak ada tempat untuk memanjat. Padahal hewan liar ini membutuhkan tempat yang leluasa untuk menyalurkan perilaku agresif yang mereka butuhkan. Namun Bayu menegaskan, kasus semacam ini tidak bisa digeneralisasikan.

“Kita harus melihat secara khsusus di dalam proses luwak kopi itu ada pelanggaran hak-hak kesejahteraan hewan. Tetapi ini tidak bisa digeneralisasikan. Sama halnya seperti sapi perah yang dikasih makan dan diperah susunya. Kalau ada luwak tidak diberi makan selain kopi dan dia dipaksa makan itu sifatnya kasus. Justru kalau ada pengusaha yang melakukan akan merugikan dan menurunkan produktivitas. Luwaknya tentu akan sakit,” tambahnya.

Bayu menjelaskan secara detil, jenis kopi luwak di Indonesia terbagi menjadi 3 macam, yaitu kopi luwak original (proses alami) yang berasal dari hutan, kopi luwak tangkaran (kandangan), dan kopi luwak yang sifatnya brand. Dari ketiga jenis itu, harga kopi luwak original (proses alami) adalah yang paling mahal di antara jenis kopi luwak lainnya.

“Luwak liar yang ada di hutan dan tidak dikandangkan dan pengusahanya mengumpulkan sisa kotoran luwak dan memproduksi menjadi kopi luwak ini harganya sangat mahal. Kopi luwak yang original itu sangat mahal sekali ada 150 euro/kg,” katanya.

Bayu menduga, isu negatif kopi luwak Indonesia lebih bersifat persaingan dagang. Saat ini kopi luwak Indonesia menjadi brand yang dikenal dan laku di pasaran ekspor. Sehingga hal itu memukul industri kopi selain kopi luwak.

“Di sisi lain kita tidak sulit membayangkan ada persaingan dagang. Kopi luwak itu eksotik dan nilai kompetitifnya sangat tinggi dan harganya mahal sehingga mengangkat nama kopi Indonesia. Jadi ada yang terganggu dan mengeluarkan pernyataan yang tidak perlu,” cetusnya. (wij/dnl)

http://finance.detik.com/read/2013/11/15/141701/2414207/4/kopi-luwak-ri-dije

 

Boikot Kopi Luwak Sarat dengan Perang Dagang

Bambang Supriyanto   –   Jum’at, 15 November 2013, 15:22 WIB

Bisnis.com, JAKARTA –

Tudingan sejumlah aktivis lingkungan yang menyebutkan adanya pelanggaran hak-hak satwa terhadap produksi kopi luwak ditengarai hanya bagian dari strategi perang dagang.

“Karena keeksotikan kopi luwak menyebabkan harganya mahal, dan mungkin ada beberapa pihak yang merasa terganggu,” kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, saat dijumpai para wartawan, Jumat (15/11).

Bayu mengungakapkan beberapa pihak yang merasa terganggu itu kemudian mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sesungguhnya tidak perlu untuk menjatuhkan posisi kopi luwak yang saat ini harganya mencapai 150 Euro per kilogram.

“Saat ini perdagangan kopi luwak sudah mulai terganggu dan kemudian ada langkah-langkah untuk melarang perdagangan kopi luwak,” kata Bayu.

Berdasarkan investigasi aktivis lingkungan tersebut menemukan bahwa penduduk desa memelihara luwak dalam kandang sempit dan kotor yang tidak layak dan dipaksa untuk mengkonsumsi biji kopi secara berlebihan.

“Tidak sulit untuk membayangkan bahwa hal tersebut merupakan perang dagang, karena kompetisinya sangat tinggi, harganya mahal dan mampu mengangkat kopi Indonesia,” kata Bayu.

Sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung dalam lembaga People for The Ethical Treatments of Animals (PETA) mengajak peminum kopi untuk berhenti mengkonsumsi kopi luwak, karena hampir seluruh kopi luwak yang diberi label hasil produksi luwak liar sebenarnya diproduksi dari luwak yang dipelihara di kandang.

Bahkan, beberapa hotel mewah di Hong Kong berhenti menyajikan kopi luwak seperti Langham Hotel, InterContinental Hotel, dan Landmark Mandarin Oriental memutuskan berhenti menyajikan kopi luwak akibat hasil laporan kelompok pembela hak satwa tersebut.

http://industri.bisnis.com/read/20131115/12/186694/boikot-kopi-luwak-sarat-d

 

Kopi Luwak Mulai Diboikot

Oleh : Nasional – Rabu, 30 Oktober 2013 | 10:22

WIB INILAH.COM, Jakarta –

Ada hal lain yang lebih dari sekedar fakta bahwa kopi luwak dibuat dari buah kopi yang telah dimakan dan dikeluarkan melalui kotoran luwak untuk mematikan minat para konsumen dan pedagang eceran dari Timur sampai ke Eropa Barat.

Hal tersebut disebabkan organisasi khusus yang mengutamakan perlakuan etis terhadap kesejahteraan binatang.

Dalam rilis yang dikirim ke redaksi, Rabu (30/10/2013), People for The Ethical Treatments of Animals (PETA) Asia menyatakan telah mengedarkan video investigasi rahasia yang menampilkan satwa luwak yang ditangkap dan ditempatkan dalam kandang kecil dan kotor.

Luwak terlihat tidak henti-hentinya untuk mondar-mandir, berputar-putar, menggigit tiang-tiang kurungan, dan menggelengkan atau menganggukan kepala mereka.

Semua ini adalah indikasi bahwa satwa liar yang ditangkap ini menjadi gila secara psikis karena akibat dari kebosanan dan depresi.

Selain lebih dari 50.000 konsumen dari berbagai negara yang telah melakukan tanda perjanjian dengan PETA untuk tidak membeli produk keji ini, beberapa jaringan hotel besar dan para penjual terbesar pun juga telah berhenti memperjualkan kopi luwak, termasuk Grand Hyatt di Singapura; InterContinental, Hotel Langham, dan Mandarin Oriental di Hong Kong; dan cabang department store ikonik Harrods di U.K.

“Meminum kopi yang terbuat dari biji kopi yang diambil dari kotoran satwa bukan merupakan aspek yang paling memuakkan dari kopi luwak,” kata Wakil Presiden Operasi Internasional Jason Baker.

“Membeli suatu produk yang berasal dari hasil penyiksaan binatang justru menunjukkan bentuk dukungan terhadap penyiksaan tersebut, itulah sebabnya banyak konsumen dan perusahaan besar di seluruh dunia menolak segala hal yang berkaitan dengan kopi luwak,” tambahnya.

Walaupun sebagian peternakan mengiklankan biji-bijiannya sebagai produk yang berasal dari “sumber liar”, banyak kontak yang memberitahukan pada investigator PETA bahwa dalam memproduksi kopi berjumlah banyak secara eksklusif dari sumber liar adalah bukan hal yang memungkinkan.

Di alam liar, luwak sering memanjat pohon untuk meraih dan memakan buah kopi matang, tetapi didalam kandang, mereka diberi makan buah kopi dalam jumlah lebih banyak dari yang biasanya mereka konsumsi secara alamiah.

Seorang peternak menjelaskan bahwa luwak-luwak pada umumnya tetap dikurung selama maksimal tiga tahun sebelum dilepaskan kembali ke alam habitatnya dan stress yang berasal dari pengukungan, serta kurangnya nutrisi yang diperlukan satwa ini mengakibatkan timbulnya kerontokan bulu.

Peternak lain pun memberitahukan pada investigator bahwa beberapa luwak bahkan ada yang tidak isa bertahan hidup setelah mereka dilepaskan kembali ke alam habitat. [beritajatim]

http://nasional.inilah.com/read/detail/2042695/kopi-luwak-mulai-diboikot#.UnNU9XBkMZ1

 

Boycott civet coffee, PETA says

By Lou Albano

October 30, 2013 / 12:16 PHT

People for Ethical Treatment of Animals (PETA) are at it again, this time fighting for the cats that lay down golden nuggets that eventually become civet coffee, aka Alamid.

The growing popularity of this unusual brew has a lot of producers mistreating these wild cats, putting them in captivity and making them eat more than the natural amount of coffee just to up the production of Civet coffee.

“We actually received a complaint from a Westerner traveling in Bali, Indonesia,” says PETA’s Ashley Fruno over the telephone.

The traveler was shocked to see that a civet farm was included in the tour, just to showcase how civet coffee is made. Of course, they had to look into it.

The group found similar conditions in the Philippines, specifically in farms up Mt. Apo. Because they are caged, no longer in their natural environment, the civets become anxious and go insane.

“A lot of this has to do with mislabeling,” continues Fruno. As in, producers will mark it has “sourced from the wild” when in fact, the cats are caged. “It then becomes difficult to verify.” So that’s why PETA’s stand is for the public to just drop Civet coffee entirely. “Purchasing a product that’s the direct result of animal abuse supports that abuse, which is why PETA is asking consumers to boycott civet coffee,” PETA campaigns manager Rachelle Regodon says.

Coconuts Manila ask the Philippine Coffee Board if they knew about PETA’s findings in the Mt. Apo area. Although the board has yet to provide certification, “we would immediately stop selling coffees that are found to be from caged animals or if found to be misrepresented by its processors,” is Ms Chit Juan’s prompt reply.

Civet is a well-loved coffee tradition and the Philippine Coffee Board only supports those communities they’ve personally seen and visited and say for a fact that said communities respect this tradition, like the ones in Sulu province. “This is the coffee which is wildly caught, and we only help sell this coffee at the moment.”

http://manila.coconuts.co/2013/10/25/boycott-civet-coffee-peta-says

OTHERS LINK :

http://www.bbc.co.uk/news/uk-england-london-24034029

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2427858/A-price-worth-paying-Distressing-pictures-wild-civet-cats-produce-60-cups-coffee-lying-injured-tiny-filthy-battery-farm-style-cages.html

http://boredcouple.net/investigation-people-ethical-treatment-animals-peta-found-widespread-maltreatment-asian-palm-civets/

http://action.petaasiapacific.com/ea-action/action?ea.client.id=110&ea.campaign.id=22769

Share :


Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

This entry was posted on 21/11/2013 and is filed under Berita. Written by: . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.