KEGIATAN GAEKI 2012
Secara nasional, komoditi kopi Indonesia telah memainkan peran penting terutama dalam pertumbuhan ekonomi sebagai mata pencaharian bagi 1,9 juta petani kopi, sumber devisa negara, dan mempercepat dukungan terhadap pembangunan daerah serta pembangunan industri hilir.
Secara internasional, Indonesia sebagai negara produsen kopi ke-3 di dunia setelah Brazil dan Vietnam memainkan peranan yang cukup penting di pasar global.
Melalui beberapa organisasi komoditi kopi baik di tingkat regional atau tingkat dunia seperti International Coffee Organization (ICO) maupun ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Coffee, Indonesia berupaya melakukan berbagai kerjasama dalam rangka meningkatkan daya saing, akses pasar dan posisi kopi Indonesia di lingkungan internasional. Upaya ini diharapkan dapat memberikan jaminan pasar kopi Indonesia di dunia yang akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan petani.
Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) sebagai asosiasi perusahaan eksportir dibidang perkopian nasional telah mendapat kepercayaan sebagai mitra Pemerintah RI untuk mewakili private sector di berbagai forum
GAEKI bersama pemerintah telah melakukan beberapa peran penting dalam mengatasi berbagai issue strategis dan permasalahan perkopian baik secara nasional maupun internasional, antara lain sbb :
1. Perumusan “Coffee Certification” pada Seminar on Coffee di Bali.
GAEKI bersama ASEAN Coffee Club telah menyelenggarakan “ASEAN Internasional Seminar on Coffee” di Bali pada bulan Juni 2012, bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian – Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN – Kementerian Luar Negeri, dan Direktorat Jenderal Industri Agro – Kementerian Perindustrian, serta didukung oleh Kementerian Perdagangan.
Pada seminar tersebut, antara lain telah dirumuskan “Cost & Benefit” sertifikasi nasional untuk komoditi kopi. Secara regional ASEAN, akan lebih kuat jika dibanding usulan itu muncul dari tiap-tiap negara produsen, dan dibawa secara bersama-sama untuk disampaikan dalam sidang ICO pada bulan September 2012.
Dalam rangka mewujudkan keinginan bersama tsb, diharapkan “Coffee Certification” yang akan dibuat dinegara produsen nantinya dapat di adop oleh pembeli agar biaya, cost dan kepentingan dapat dikendalikan, sehingga perlu adanya tindakan spesifik agar sertifikasi dapat dilakukan baik di tingkat nasional maupun secara regional/ASEAN.
2. Revisi ambang batas residu pestisida Carbaryl di Jepang.
Permasalahan standar residu Carbaryl yang berlaku di Jepang, selama ini telah menghambat ekspor kopi robusta RI ke negara tersebut.
Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) bersama Pemerintah c.q. Kementerian Perdagangan & Kementerian Pertanian RI telah berusaha mendesak Pemerintah Jepang untuk mengupayakan agar ambang batas residu Carbaryl direvisi menjadi “Positive List” yang sama ditentukan oleh negara-negara Uni Eropa, sehingga ekspor kopi robusta ke Jepang bisa kembali maksimal.
Dalam acara “Round Table on Regional Commodity Exchange Market Integration in Asia” di Tokyo pada tanggal 12-13 September 2012, Bpk. Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan RI didampingi GAEKI yang diwakili oleh tiga orang wakil ketua telah menegosiasikan masalah Carbaryl tsb. dan meminta agar pihak Pemerintah Jepang dapat menggunakan standar Codex dalam menerapkan ambang batas residu pestisida Calbaryl dalam kopi robusta dari 0,01 part per billion (ppb) masuk dalam daftar “Positive List” menjadi 0,1 ppb sebagaimana yang berlaku di negara Eropa.
Sejak tahun 2010 dalam hal masalah Carbaryl, GAEKI telah menjadi perwakilan swasta dari Indonesia bersama pemerintah secara intensive telah melakukan dialog dengan Pemerintah Jepang serta pihak swasta AJCA (All Japan Coffee Association). Kemudian, ditindaklanjuti dengan pembahasan government-to-government antara Indonesia dan mengupayakan agar Pemerintah Jepang dapat merevisi ambang batas residu pestisida Carbaryl tsb.
Hal ini penting dilakukan karena Jepang merupakan negara tujuan ekspor kopi terbesar kedua setelah Jerman.
Jepang adalah pasar yang besar bagi Indonesia, tiga negara terbesar pasar ekspor kopi Indonesia adalah Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
GAEKI dan Pemerintah ke depan diharapkan dapat bersama-sama kembali meningkatkan performa Indonesia terkait dengan kerja sama internasional, sehingga kasus seperti Jepang ini tidak terjadi di negara lain.
3. Sidang ICO di London
Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) sebagai asosiasi perusahaan eksportir dibidang perkopian nasional telah mendapat kepercayaan sebagai mitra Pemerintah RI untuk duduk mewakili Indonesia sebagai anggota Private Sector Consultative Board (PSCB) dalam sidang ICO.
Dilain pihak negara konsumen sebagai penikmat-penikmat kopi saat ini lebih concern terhadapat quality Kopi yang diminum dari pada concern terhadap sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan-badan Sertifikasi.Sejak sidang ICO ke 107 pada bulan September 2011 dan sidang ICO ke 108 di London, GAEKI bersama delegasi Pemerintah RI, sependapat dengan negara-negara Produsen (Mexico & Columbia) bahwa persyaratan sertifikasi kopi yang berlaku dewasa cukup melelahkan dan juga biaya /fee mendapatkan untuk sertikasi tsb. harus ditanggung oleh stakeholders kopi nasional Indonesia , yang pada umunya adalah petani kecil.
Pada sidang ICO sesi 109 yang dilaksanakan tanggal 24 – 28 September 2012, GAEKI (Gabungan Eksportir Kopi Indonesia) hadir bersama pemerintah RI sebagai delegasi resmi, telah mengikuti sidang dimana terdapat 2 (dua) hal penting yang terkait dalam perkopian Indonesia, antara lain sbb :
3.1. Dalam acara seminar “Coffee Certification for Sustainability” pada tgl 25 September dipresentasikan pandangan-pandangan yang pada dasarnya berasal dari 2 sisi perspektif yaitu dari pihak negara konsumen dan negara produsen.
Dari sisi pihak negara konsumen, Para Roaster dan LSM Coffee Certification terungkap dari pembicaraannya atas keberhasilan dari penerapan Coffee Certification for Sustainability.
Dari sisi pihak negara produsen, Coffee Certification for Sustainability telah menimbulkan kebingungan khususnya petani kecil dan pelaku usaha, karena jumlahnya cukup banyak dan beragam sehingga menimbulkan masalah ekonomis biaya tinggi dan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat.
Sedangkan dari Pihak Indonesia, melalui pembicara dari Puslitkoka telah mempresentasikan inisiatif Indonesia dan ASEAN, yang telah dirumuskan dalam seminar ASEAN Coffee Conference pada bulan Juni yang lalu yang digagas oleh GAEKI bersama Pemerintahan. Dimana telah terjadi kesepakatan atas inisiatif Indonesia/ASEAN yang diharapkan dapat membangun Coffee Certification for Sustainable ala nasional (Certification Nasional) dari masing-masing negara produsen dengan tetap menjunjung kaedah sustainabilitas dari beragam Certification Internasional yang ada selama ini.
Diharapkan “Certification Nasional” tersebut meskipun tetap berbobot, namun demikian tentunya tidak memberatkan produsen kopi agar lebih mudah diadopsi oleh petani setempat, sehingga tidak terjadi biaya tinggi.
Hal tersebut tampaknya mendapat apresiasi yang luas dari peserta sidang & dukungan dari beberapa pihak baik negara-negara produsen maupun negara-negara konsumen sehingga akan dilanjutkan dalam sidang ICO dibulan Maret 2013 yang akan datang.
3.2. GAEKI yang mewakili sektor swasta Indonesia dalam pertemuan PSCB (Private Sector Consultative Board) mengangkat permasalahan yang mempunyai potensi menggangu perdagangan kopi terkait dengan penerapan “Ambang Batas Residu” oleh berbagai negara konsumen. Dalam kaitan ini GAEKI dan AJCA bersama-sama mengungkap kecemasan atas masalah Ambang Batas Residu pestisida CARBARYL di Jepang yang amat rendah yaitu 0,01 ppm.
GAEKI meminta kepada ketua PSCB untuk dibawa di sidang pleno ICO dan menyikapi permasalah tersebut merupakan bagian daripada issue food safety.
Pada sidang pleno akhirnya diminta untuk mempersiapkan dokumen-dokumen pembanding yang terkait dengan ambang batas residu dan mengambil langkah yang dapat mengklarifikasi masalah-masalah tersebut, diharapkan ICO sebagai institusi internasional yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan sejenis yang dialami antara anggota-anggota negara produsen dan konsumen.
4. CAEXPO Nanning, China
Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) telah mendukung Pemerintah Indonesia c.q. Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan dan berpartisipasi aktif pada pameran China-ASEAN Expo (CAEXPO) ke-9 yang diselenggarakan pada 21-25 September 2012 di Nanning, China.
CAEXPO adalah pameran ekonomi & perdagangan bergengsi internasional yang disponsori oleh Departemen Perdagangan RRC dan 10 negara Asia Tenggara (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Viet Nam) bersama dengan Sekretariat ASEAN.
Pelaksanaan CAEXPO sendiri merupakan hasil kesepakatan pertemuan China-ASEAN ke-7 pada bulan Oktober 2003 di Bali dalam kerangka kerjasama perdagangan ekonomi China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA), dan sejak tahun 2004 secara rutin setiap tahun diselenggarakan oleh Pemprov Daerah Guangxi Zhuang Autonomous Region di Kota Nanning, Guangxi, RRC.
CAEXPO yang telah delapan kali berhasil diselenggarakan dan memetik hasil signifikan ini, merupakan platform penting bagi komunikasi persahabatan China-ASEAN serta perdagangan dan kerjasama di bidang teknologi maupun di bidang lainnya.
Pada even CAEXPO ke-9 tahun ini, panitia telah menyediakan beberapa booth khusus di Hall 16 untuk display produk kopi yang diisi oleh peserta perwakilan negara produsen kopi ASEAN dari Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Laos, Myanmar dan Singapura, dan disamping itu diadakan acara “Coffee Testing at Coffee Show” yang diselenggarakan oleh Sekretariat CAEXPO dan Asosiasi kopi Negara – negara ASEAN.
Dari Indonesia diwakili oleh Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) yang menempati 10 booth di Hall 16 dengan konsep “One for All” , antara lain menampilkan display berbagai produk kopi dari seluruh nusantara, yaitu berupa kopi biji dan kopi olahan baik jenis Arabika & Robusta dari provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores hingga Papua. Disamping itu juga menampilkan Kopi Arabika Spesilty Indonesia yang sudah mendunia seperti Gayo Mountain, Mandheling, Mangkuraja, Java, Toraja, Kalosi, Bali & Flores, serta Kopi Luwak (Civet Coffee) & Kopi Lanang (Peeberry Coffee) yang cukup disukai dewasa ini.
Sementara pada Paviliun Nasional Indonesia diwakili oleh Provinsi Bengkulu. Pada Paviliun ini setiap negara peserta menampilkan perwakilan daerah atau provinsi yang dinilai memiliki potensi ekspor dan investasi dan diwajibkan menampilkan produk dan jasa unggulan serta menampilkan pertunjukan seni budaya.Seperti tahun-tahun sebelumnya, Paviliun Komoditi Indonesia menempati Hall 15 seluas 2.025 m yang diisi sebanyak 128 booths untuk 88 peserta yang menampilkan berbagai produk unggulan Indonesia baik komoditi maupun jasa serta menjadi platform bagi interaksi B to B.
Sesuai info dari Associaton Coffee of Shanghai China, bahwa minum kopi sudah mendapat perhatian yang cukup besar terutama dari kalangan generasi muda di China, hal ini antara lain mengingat apresiasi dan meningkatnya nilai mata uang Yuan di China, sehingga harga Coffee cukup terjangkau dan tidak terlalu mahal serta sudah dianggap bukan merupakan barang mewah. Disamping itu, kultur generasi muda terhadap tradisi minum teh di China tidak sefanatik kultur generasi tua. Dengan demikian, tren pertumbuhan konsumsi kopi di China dalam waktu yang akan datang diharapkan maju pesat.
Melihat antuasias media pers & animo pengunjung di booth GAEKI, diantaranya cukup banyak yang terkesan terhadap citarasa kopi Indonesia dibanding kopi dari negara ASEAN lainnya, sehingga peluang pasar kopi Indonesia di China cukup terbuka luas. Untuk meraih peluang tsb, tentunya perlu mendapat perhatian khusus serta dukungan dari pihak pemerintah agar para eksportir dan industri di Indonesia dapat menembus pasar di China yang merupakan salah satu pasar non tradisional terbesar di Asia.
5. TRADE EXPO INDONESIA 2012
Pada bulan Oktober berperan aktif mengikuti Trade Expo Indonesia 2012, dengan mengisi stand di Hall A2 No. 9, antara lain menampilkan produk kopi instan dari PT Aneka Coffee Industry, serta display berbagai produk kopi dari seluruh nusantara, yaitu berupa kopi biji jenis Arabika & Robusta dari provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, termasuk Kopi Arabika Spesilty Indonesia yang sudah mendunia seperti Gayo Mountain, Mandheling, Mangkuraja, Java, Toraja, Kalosi, Bali & Flores.
Disamping itu juga menampilkan Kopi Rolas (PTPN 12) yang terkenal dengan Kopi Luwak (Civet Coffee) & Kopi Lanang (Peeberry Coffee) yang cukup disukai dewasa ini.
Sedangkan dari Produk Kopi Olahan menampilkan produk Kopi yang dihasilkan oleh santri binaan Yayasan Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo.
6. Masalah Regulasi Pemerintah tentang PMA
Hingga saat ini, pengusaha kopi PMA dapat dengan leluasa melakukan pembelian kopi sampai ke tingkat petani, setelah pemerintah mengeluarkan regulasi sbb :
- Keputusan menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. nomor 11/MPP/SK/I/1996 tentang “ Kegiatan Perusahaan Penanaman Modal Asing di Bidang Ekspor”
- Peraturan Pemerintah R.I. nomor 2 Tahun 1996 tentang “ kegiatan perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di bidang ekspor dan impor”.
Regulasi tsb. telah menyebabkan pengusaha asing dapat menguasai seluruh sektor dalam perdagangan kopi dan mematikan para pelaku usaha kecil dan menengah kopi nasional.
GAEKI telah mengajukan usulan agar regulasi tentang PMA tsb. dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Usulan GAEKI telah mendapat tanggapan positif dari Pemerintah dan telah dilakukan beberapa kajian mendalam terkait perlu nya satu regulasi yang dapat melindungi peran para eksportir nasional. Seperti halnya di Vietnam, pemerintah mengeluarkan regulasi bahwa PMA diperbolehkan membantu pembiayaan kepada petani kopi, namun untuk pembelian kopi tidak dapat secara langsung ke tingkat petani, tetapi harus melalui pedagang atau asosiasi.
7. Beberapa Kegiatan GAEKI Dalam Berbagai Forum Kopi Nasional & Internasional
- Pada bulan Februari 2012, bersama Kementerian Pertanian, menjadi delegasi Indonesia dalam “Asean Arabica Coffee Workshop” di Chiang Mai, Thailand.
- Pada bulan Maret 2012, bersama Menteri Perdagangan melakukan Misi Dagang ke Brazil & Amerika Latin.
- Pada bulan April 2012, bersama Menteri Perdagangan melakukan misi dagang ke Afrika Selatan dilanjutkan acara Kontak Bisnis bersama Wamendag.
- Pada bulan Juni 2012, bersama dengan Puslit Kopi & Kakao Indonesia menyusun dan menyampaikan proposal untuk program “Revitalisasi Perkopian Nasional” kepada Menteri Perdagangan RI dalam rangka peningkatan produksi dan peningkatan konsumsi kopi dalam negeri secara komprehensif.
- Pada bulan Juli 2012, memberikan presentasi dalam acara “DIALOGUE EXPORTERS” yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Promosi dan Citra Ditjen PEN – Kementerian Perdagangan, di Hotel Akmani Jakarta.
- Pada bulan September 2012, memberikan presentasi dalam acara “Rapat Koordinasi Teknis Perkopian Nasional” yang diselenggarakan oleh Ditjen Daglu, Kemendag RI, di Hotel IBIS Jakarta.
- Pada bulan September 2012, memberikan presentasi dalam acara Workshop Tindak Lanjut Kerjasama Komoditi Kopi yang diselenggarakan oleh Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian di Hotel Equator Surabaya.
- Pada bulan September 2012, berperan aktif menghadiri Indonesia – Serbia Bussiness Forum (BSF) di Serbia.
http://greencoffeebeanburn.com…
KEGIATAN GAEKI 2012 | GAEKI…