LINTASAN SEJARAH INTRODUKSI KOPI

Oleh : Mudrig Yahmadi
(Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya & Pengolahan Kopi di Indonesia, 2007)

Jenis-jenis kopi komersial yang sekarang diusahakan di Indonesia, yaitu Robusta dan Arabika, bukan merupakan tanaman asli.

Kopi Liberika yang dahulu pernah diusahakan di Indonesia, sekarang sudah tidak berarti lagi. Jenis-jenis kopi ini berasal dari Afrika.

Dalam perkembangannya, Indonesia telah beralih dari produsen kopi Arabika selama abad ke-18 dan 19 menjadi produsen kopi Robusta sejak awal abad ke-20.

a. Kopi Arabika

Jenis kopi yang pertama tama dimasukkan ke Indonesia adalah kopi Arabika (Coffea arabica), yaitu pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian di Kepulauan Indonesia.

Selama kira kira satu abad kopi Arabika ini berkembang sebagai tanaman rakyat.

Tanaman kopi perkebunan pertama tama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal abad ke 19.

Sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka pada akhir abad ke 19, dan di Besuki bahkan baru pada tahun tahun 1890 1900.

Selama 1¾ abad kopi Arabika merupakan satu satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia.

Tetapi perkembangan budidaya kopi Arabika ini kemudian mengalami kemunduran hebat, karena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Akibatnya kopi Arabika hanya bisa bertahan di daerah daerah tinggi (1000 m ke atas), dimana serangan penyakit ini tidak begitu menghebat.

b. Kopi Liberika

Kopi Liberika (Coffea liberica) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1875, sebagai usaha untuk mengatasi penyakit karat daun, yang pada waktu itu telah menghancurkan perkebunan perkebunan kopi di Sri Langka.

Tetapi kemudian ternyata bahwa jenis ini juga mudah diserang penyakit karat, sehingga tidak memenuhi harapan. Di samping itu, jenis ini pada umumnya juga kurang disukai, karena rasanya terlalu asam.

Sekarang jenis ini tidak ditanam lagi, dan tinggal sisa sisanya yang masih ada di beberapa tempat.

c. Kopi Robusta

Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900.

Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu jenis kopi ini cepat berkembang, dan mendesak jenis-jenis kopi lainnya.

Pada waktu ini kira kira 90% dari areal kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.

d. Lain lain / Varitas

Kopi Arabika yang ditanam di Indonesia pada umumnya termasuk varitas typica (Coffea arabica.var. typica).

Dari varitas ini telah diperoleh suatu kultivar (cultivar), yang banyak ditanam di Jawa Timur (Dataran Tinggi Ijen), yaitu kultivar Blawan Pasumah.

Varitas dan kultivar ini peka sekali terhadap penyakit karat daun, sehingga hanya dapat ditanam pada ketinggian 1000 m ke atas. Oleh karena kopi Robusta secara komersial hanya dapat ditanam hingga 800 m, maka ini berarti ada suatu zone dengan jarak vertikal 200 m yang kosong (zonal gap) yang tidak bisa ditanami kopi.

Untuk memperkecil zonal gap ini telah diusahakan mencari jenis jenis kopi Arabika yang lebih tahan terhadap karat daun, sehingga dapat ditanam pada ketinggian lebih rendah.

Dalam rangka ini, pada tahun 1929 telah dimasukkan varitas Abessinia (C. arabica var. abyssinica), yang relatif lebih resisten, sehingga dapat ditanam pada ketinggian 700 m ke atas. Dengan demikian maka zonal gap tersebut secara potensial telah dapat diatasi.

Pada tahun 1955/56 telah dimasukkan sejumlah nomor seleksi dan kultivar Arabika dari luar negeri. Dari introduksi ini telah terpilih beberapa nomor lini S, yang berasal dari India, yang lebih tahan terhadap karat daun, dan dapat ditanam pada ketinggian 500 m ke atas.

Lini S ini dilepas untuk praktek pada tahun 1963/64, setelah mengalami pengujian seperlunya.

Dengan demikian, maka seluruh zone vertikal secara potensial dapat ditanami kopi, dengan overlapping zone setinggi 300 m (antara ketinggian 500 dan 800 m), di mana secara komersial dapat ditanam kopi Robusta maupun Arabika.

Tanaman kopi tersebar terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sekitar 95 % areal tsb. merupakan tanaman kopi rakyat, sedangkan kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

 

 

 

Share :


Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

This entry was posted on 02/12/2022 and is filed under Berita. Written by: . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.