Standar Residu Carbaryl Hambat Ekspor Kopi

KAMIS, 13 SEPTEMBER 2012 | 19:48 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Permasalahan standar residu carbaryl yang berlaku di Jepang telah menghambat ekspor kopi robusta dari Indonesia ke negara tersebut.

Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) bersama pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, telah berusaha mendesak Pemerintah Jepang untuk mengupayakan agar ambang batas residu carbaryl direvisi menjadi Positive List. Apalagi aturan itu juga ditentukan oleh negara-negara Uni Eropa sehingga ekspor kopi robusta ke Jepang bisa kembali maksimal.

Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) Hutama Sugandhi melalui keterangan pers tertulis yang diterima Kompas, Kamis (13/9/2012), disebutkan, dalam acara Round Table on Regional Commodity Exchange Market Integration in Asia di Tokyo pada 12-13 September 2012, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi didampingi tiga orang dari GAEKI telah menegosiasikan masalah carbaryl tersebut.

Indonesia tetap meminta Pemerintah Jepang dapat menggunakan standar Codex dalam menerapkan ambang batas residu pestisida carbaryl dalam kopi robusta dari 0,01 part per billion (ppm) masuk dalam daftar Positive List menjadi 0,1 ppm, sebagaimana yang berlaku di negara Eropa.

Sebab sejak 2010 soal carbaryl, GAEKI telah menjadi perwakilan swasta dari Indonesia bersama pemerintah secara intensif telah melakukan dialog dengan Pemerintah Jepang serta pihak swasta AJCA atau All Japan Coffee Association.

Langkah itu ditindaklanjuti dengan dengan pembahasan government-to-government antara Indonesia dan mengupayakan agar Pemerintah Jepang dapat merevisi ambang batas residu pestisida carbaryl.

Hal ini penting dilakukan karena Jepang merupakan negara tujuan ekspor kopi terbesar kedua setelan Jerman.

Jepang adalah pasar yang besar bagi Indonesia. Tiga negara terbesar pasar ekspor kopi Indonesia adalah Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. GAEKI dan pemerintah ke depan diharapkan dapat meningkatkan performa Indonesia terkait dengan kerja sama internasional sehingga kasus seperti Jepang ini tidak terjadi di negara lain.

Agnes Swetta Br. Pandia

Editor :

Robert Adhi Ksp

Dapatkan artikel ini di URL:

http://regional.kompas.com/read/2012/09/13/19484067/Standar.Residu.Carbaryl.Hambat.Ekspor.Kopi

Share :


Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

This entry was posted on 18/09/2012 and is filed under Berita. Written by: . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.